Jumat, 09 April 2010

PROBLEMATIKA BUNUH DIRI

                             
    Bunuh diri merupakan tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Alasan melakukan ini banyak macamnya, tapi umumnya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan. Beberapa kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia selama sepekan terakhir, dua di antaranya terjadi di pusat belanja Jakarta. Selain dilanda putus asa karena tidak mampu memecahkan masalah, ada juga diakibatkan oleh kepribadian tertentu. Salah satunya depresi. Jadi,orang yang tidak puas dan tidak kuat menahan cobaan hidup, bisa memilih jalan bunuh diri.
    Bunuh diri dalam budaya Jepang yang dikenal istilah hara-kiri.Hara kiri,didasari semangat untuk mencapai suatu kehormatan. Karena mati dianggap lebih terhormat daripada hidup tidak punya harga diri. Bunuh diri (harakiri) sudah menjadi salah satu "tradisi" di negara sakura ini. Umumnya harakiri dilakukan dengan cara menusukan samurai ke perut sang pelaku hingga tewastetapi, "tradisi" ini makin berkembang dengan beragam cara, mulai dari menusukkan samurai, menenggak racun, gantung diri, menabrakan diri di kereta, hingga loncat dari ketinggian tertentu yang mematikan. Bahkan di tahun 1945 saat Perang Dunia ke-II, Harakiri berkembang menjadi sebuah adegan yang lebih dahsyat. Para pilot jepang menabrakan dirinya ke kapal-kapal sekutu untuk menghambat pergerakan musuh yang semakin dekat ke Jepang. Gerakan ini dikenal dengan nama "Kamikaze" (angin yang besar). Kamikaze - pun tiada lain adalah harakiri yang diwujudkan dalam bentuk super "heroik".

    Harakiri menjadi sebuah "fenomena" menarik untuk 'dikaji' mengingat banyak values yang terkandung di dalamnya. Lepas dari pandangan kita bahwa tindakan tersebut tentulah tidak "wajar". Di berbagai negara lain, termasuk Indonesia, tindakan bunuh diri juga acap kali muncul. Pun juga di negara-negara maju lainnya. Lalu apa yang membuat "harakiri" menjadi lebih unik untuk dibahas ? motif "harakiri" itu yang membuat perbuatan ini menjadi banyak "nilai" untuk diserap. etidaknya ada tiga motif dibalik bunuh diri ini :
PERTAMA : motif HARGA DIRI. dengan motif ini, para samurai dulu melakukan bunuh diri demi menjaga harga dirinya. Tindakan kamikaze di saat PD II pun saya golongkan dalam motif ini. Jepang tidak ingin sejengkal pun tanah mereka di injak oleh AS dan sekutunya, hingga dengan cara apapun, pergerakan musuh mereka harus ditahan. Kisah pertempuran di Iwojima (Letters from Iwojima) menunjukkan heroisme tentara Jepang yang melakukan pertempuran hingga titik tenaga dan titik darah terakhir mereka. Satu lagi yang menarik, dalam film "The Last Samurai", Ken Watanabe yang berperan sebagai seorang samurai melakukan adegan harakiri demi menjaga harga dirinya ketimbang bertekuk lutut pada tentara. Tidak aneh, para korban-korban harakiri tersebut mendapatkan penghormatan yang besar dari masyarakat, termasuk dari orang yang pada masa hidup tidak menyukainya.
KEDUA : motif MALU. Motif ini paling dominan dilakukan oleh pelaku harakiri di masa kini. Motif "tidak bisa menahan malu" dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat, mulai dari pejabat, akademisi, hingga rakyat biasa. Tahun 2007 kita masih ingat "kejutan" di jajaran Kabinet Shinzo Abe (PM Jepang pengganti Koizumi) dengan tewasnya Menteri Pertanian mereka akibat kasus bunuh diri. Diyakini, tindakan tersebut dilakukan karena Sang Menteri tidak bisa menahan malu akibat skandal kasus korupsi yang diduga (masih dugaan) membelitnya. Di tahun yang 2006, seorang professor (associate) tewas bunuh diri di dalam laboratoriumnya (kasus di kampus kami, Osaka University) yang diduga melakukan pemalsuan data risetnya dalam sebuah jurnal ilmiah terkemuka dibidang bioscience. Kasusnya kemudian diangkat Majalah Nature, majalah nomor wahid dalam bidang science, dalam sebuah artikel "Mysteri surrounds lab death".Kelompok pelaku bunuh diri ini didorong oleh ketidakmampuan mereka menahan malu akibat kasus-kasus yang menimpanya.
KETIGA : motif BALAS DENDAM. Pada kasus ini, biasanya dilakukan oleh seseorang yang kecewa pada keluarganya. Misal seorang anak yang merasa tidak diperlakukan adil, dan lain sebagainya. Tindakan bunuh diri dilakukan dengan menabrakan diri pada kereta api. Dengan tindakan seperti ini, umumnya keluarga sipelaku akan kerepotan karena dikenai tuntutan mengganggu ketertiban umum. Keluarga pelaku akan dituntut membayar ganti rugi oleh perusahaan kereta akibat keterlambatan yang disebabkan oleh peristiwa tabrakan tersebut. Bukan hanya itu, keluarga pelaku juga harus menanggung kerugian dan meminta maaf pada semua penumpang yang merasa dirugikan dengan kejadian ini. Repotnya keluarga inilah mungkin yang dimaksudkan dengan upaya “balas dendam” si pelaku.
    Dari TIGA MOTIF di atas, menjadi menarik jika kita cermati bahwa tidak satu pun pelaku bunuh diri melakukan harakiri karena himpitan ekonomi atau kesusahan. Tidak ada orang yang serta merta gantung diri akibat tidak bisa membeli beras atau kendala ekonomi lainnya. Inilah yang membedakan dengan banyaknya bunuh diri di Indonesia. Rata-rata, kasus bunuh diri di negeri kita lebih banyak didorong oleh himpitan ekonomi. Adanya anak yang gantung diri akibat tidak bisa membeli buku sekolah, ibu yang membunuh anaknya, dan seterusnya. Ekonomi masih menjadi motif utama kasus-kasus bunuh diri di negara kita. Meskipun tentu, beberapa kasus didorong oleh motif di luar ekonomi.

Pendapat tentang fenomena bunuh diri:
1. Ahli sosiologi dari UI, Ikbal Jayadi.
    Menurutnya, dalam kasus tindakan bunuh diri golongan menengah ke atas, tekanan sosial biasanya menjadi pemantik. Terlebih jika segala tindakannya disorot oleh masyarakat. Secara teoritis, ada tiga kategori faktor eksternal yang berpengaruh pada hidup seseorang. Pertama, faktor mikro yang merupakan dukungan dari keluarga dan teman-teman dekat. Kedua, faktor meso yang berupa dukungan dari komunitas profesional atau institusi kontrol sosial. Dan terakhir adalah faktor makro yang merupakan wacana di tingkat publik. Media tergolong kategori terakhir.Jika ketiga faktor ini bersama-sama bersikap tidak mendukung atau menyudutkan, maka seseorang dapat memilih tindakan bunuh diri. Tindakan bunuh diri dari kalangan menengah ke atas, terlebih public figure, menunjukkan bahwa ia tidak bisa bertahan terhadap tekanan dari skala mikro hingga makro. Dari kacamata sosial, fenomena bunuh diri golongan menengah atas ini menarik dicermati, menunjukkan bahwa kontrol sosial bekerja dalam sistem masyarakat. Ternyata, kita masih memiliki budaya malu. Jika sistem hukum ditegakkan secara konsisten, kode etik profesional dipatuhi, dan masyarakat serta media menjalankan fungsi kontrol sosialnya, maka dunia tidak menyisakan tempat bagi orang-orang yang melanggar kepentingan publik.Karena mereka akan beramai-ramai melakukan bunuh diri. Alternatif lain, menurut Ikbal, mereka akan ragu melakukan kejahatan karena takut akan "hukuman" publik.Namun Ikbal mengingatkan bahwa efek tekanan publik ini mesti didukung oleh faktor mikro dan meso.Jika tekanan sangat tinggi, sementara keluarga dan kawan-kawan dekat, bahkan komunitas profesional masih memberikan dukungan, maka seseorang masih bisa bertahan.
2. Ahli psikologi Sani B Hermawan
    Menurutnya, kasus bunuh diri di Indonesia dilakukan bukan karena didasari semangat pencapaian kehormatan seperti dalam hara-kiri. Sebab, budaya Indonesia dengan Jepang beda. Apalagi, masyarakat Indonesia umumnya taat pada agama dan agama melarang bunuh diri.Kasus bunuh diri di Indonesia hanya sebatas karena mereka tidak mampu memecahkan masalah pribadi dengan lebih baik.
    Menurut saya,atas dasar alasan dan latar belakang apapun bunuh diri merupakan tindakan yang salah,walaupun tiap manusia berhak atas kehidupannya.Manusia memang dihadapkan oleh berbagai permasalahan hidup dalam pemenuhan kebutuhannya,problematika yang ada dalam masyarakat tapi jangan sekalipun berpikir untuk mengakhiri hidup.Dengan bunuh diri hidup kita memang berakhir namun kita memberikan permasalahan baru kepada orang- orang di sekitar kita yang jelas amat sangat merugikan.Masih banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah dan tiap masalah pasti ada celah,mungkin dengan perenungan, intropeksi diri serta mendekatkan diri pada Sang Pencipta bersyukur padaNya atas tiap hela nafas yang kita dapatkan tiap harinya.Kita mungkin terluka ataupun bisa mati,tapi janganlah pernah menyalahkan hidup karena kesempatan masih ada.Pencegahan bunuh diri dapat dilakukan dengan meningkatkan  pendidikan emosional sejak dini,meningkatkan mutu hidup kita,bersosialisasi dengan lingkungan,mendekatkan diri pada keluarga,memberikan dukungan pada yang berkesusahan dan masih banyak kegiatan lain yang dapat kita lakukan untuk kehidupan yang lebih baik.

PENGAMALAN PANCASILA SILA KE-5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
    Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
    Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
    Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Batasan Masalah
    Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas yaitu pengamalan Pancasila , sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


BAB II
ISI
    Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
    Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab , Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan atau Perwakilan. Dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai- nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam hidup bersama.Maka di dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama ( kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain , manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
A. MACAM-MACAM KEADILAN
Konsekwensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama adalah meliputi:
1. Keadilan distributif
    Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama ( just ice is done when equelz are treated equally ). Keadilan distributive sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat )
    Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam Negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal.
3. Keadilan Komulatif
    Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan ases pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurakn pertalian dalam masyarakat.
    Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan Negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara Negara sesama bangsa didunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).
B. PEDOMAN PENGAMALAN PANCASILA SILA KE-5
    Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila sila Keadialan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
1.    Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana                    kekeluargaan dan gotong royong.
2.    Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.    Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.    Menghormati hak orang lain.
5.    Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri .
6.    Tidak mengunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap                    orang lain.
7.    Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup                    murah.
8.    Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bertentangan dengan atau merugikan                   kepentingan umum.
9.    Suka bekerja keras.
10.    Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan                    kesejahteraan bersama.
11.    Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan                   keadilan sosial.

    Realisasi dan perlindungan keadiloan dalam hidup bersama dalam suatu Negara berkebangsaan, mengharuskan Negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu negara yang berdasarkan atas Hukum. Sehingga sebagai suatu negara hukum haruslah terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu:
•    pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia
•    peradilan yang bebas
•    legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
   
    Konsekuensinya sebagai suatu Negara Hukum yang berkeadilan sosial maka Negara Indonesia harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam undang-undang 1945 pasal;
1.    Pasal 27
(1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan perintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2.    Pasal 28
“ Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya. “
Pasal 28 A,B,C,D,E,F,G,H,I,J
3.    Pasal 29
(2) Negara  menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu.
4.    Pasal 31
(1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan .
(2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

    Demikianlah sebagai suatu Negara yang berkeadilan maka warga Negara berkewajiban menaati peraturan perundangan-undangan sebagai manifestasi keadilan legal dalam hidup bersama.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

    Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
    Keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dalam kata laen, keadilah adalah keadaan jiwa setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.


DAFTAR PUSTAKA
Kaelan,2008,Pendidikan Pancasila,Paradigma,Yogyakarta.
www.google.com
www.wikipedia.com
www.blogspot.com
UUD 1945 AMANDEMEN I,II,III,IV,Penabur Ilmu.

Metode Pembelajaran Quantum Learning

BAB 1
PENDAHULUAN
    Metode pembelajaran Quantum Learning dikembangkan oleh Bobby De Potter, hal – hal dalam quantum learning mengandung hal – hal yang berisikan untuk menjadikan pusat perhatian , menyatukan potensi manusia dengan alam , penekanan pada interaksi ,penekanan pada percepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi ,kealamiahan dan kewajaran dalam proses pembelajaran , pemaknaan dan kebermutuan ,perpaduan konteks dan isi pembelajaran , pembentukan nilai akademis , skill dalam hidup dan prestasi fiskal, nilai dan keyakinan sebagai proses penting dalam pembelajaran , keberagaman dan keberhasilan , mengoperasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran .
    Untuk mengatur pertumbuhan otak , maka kita harus terus memperhatikan perkembangan sensor motorik yang ditandai dengan stimulus berupa kontak dengan lingkungan . Ataupun perkembangan kecerdasan emosional – kognitif melalui stimulus yang berupa bermain , meniru sesuatu, dan mendongeng. Untuk mendukung jalannya proses belajar diperlukan tata ruang  yang baik , seperti penataan perabotan , cahaya, suasana, musik, temperatur dan tanaman.
    PR lagi…malas ah …! , gerutu sebagian besar anak –anak saat ibu guru yang mengajar matematika memberitahukan soal –soal yang menjadi bahan pekerjaan rumah. “ Materi pelajaran ini sangat perlu, karena akan menjadi pertimbangan bagi nilai matematika untuk semester ini , jadi semua harus mengerjakannya dan akan dikumpulkan lusa pada jam ke-3 “, kata ibu Endang sambil sambil memperbaikan kaca mata bacanya.Banyak gerutu  yang terdengar , saat ibu guru menutup pelajaran hari itu. Dalam situasi ini, banyak siswa yang merasa sekolah sangat membebani hidup mereka. Mereka tidak langsung menurut bila disuruh melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran sekolah. Mereka lebih tertarik bermain , menonton TV atau mengikuti kegiatan lai daripada belajar.
    Pengamatan seperti kejadian di atas merupakan pemandangan yang umum tentang ketidak sukaan anak terhadap kegiatan belajar. Ada pula dukungan dari survei yang dilakukan oleh Tony Buzan dan Bobby De Potter. Tiga puluh tahun lamanya mereka melakukan penelitian yang berkaitan dengan assosiasi seseorang dengan kiat belajar dan bagaimana cara agar belajar menjadi sesuatu hal yang menyenangkan . Belajar membuat siswa merasa penting, aman dan nyaman merupakn target penelitian mereka. Berdasarkan teori Dr Geogi Lozanov,Bobby De Potter berhasil menciptakan suatu iklim yang baru dalm pembelajaran di sekolah yang disebut dengan Quantum Learning. 
BAB II
ISI
A. METODE QUANTUM  LEARNING
    Quantum  learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
    Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.
    “Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992)
    Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.
B. CIRI-CIRI  QUANTUM LEARNING
    Menurut DePorter (2002:54) dalam pembelajaran Quantum Learning ada 4 ciri spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah:
•    Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui
•    Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan
•    Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri
•    Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan
Guru dituntut untuk memiliki metode belajar yang bervariasai dan kreatif, karena cara-cara berpikir anak itu lebih logis, kritis, rasa ingin tahu tinggi.
Dalam buku Quantum Learning yang ditulis oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki ada 3 (tiga) metode utama dalam pembelajaran Quantum Learning
•    Mind Mapping yang artinya peta pikiran.
    Peta pikiran merupakan salah satu cara yang bisa digunakan dalam quantum learning, manfaat dari peta pikiran antara lain belajar menjadi lebih fleksibel dan memusatkan perhatian, meningkatkan pemaknaan dalam pembelajaran dan proses penyerapan informasi.

•    Speed Reading yang artinya membaca cepat
•    Super Memory System yang artinya menoptimalkan daya ingat
    MS Bobbi memberi 5 dalil yang harus dipenuhi untuk menciptakan Learning Environment yang efektif dalam quantum learning yaitu :
1. Everything Speech
    Dalam setiap lingkungan belajar semua hal ikut bicara, dengan dua nada positif dan negatif . Baik dinding ruangan , tulisan di papan , bahasa tubuh guru , gerakan para murid , poster yang ditempel dan sebagainya ikut bicara. Penting untuk menjadikan semua di lingkungan belajar bicara dalam bahasa dan nada yang positif. Termasuk memasukan gerakan tubuh dalam proses belajar dan menghafal.
2. Everything is on purpose
    Karena semua harus terbicarakan secara positif , maka segala yang dilakukan pendidik dalm proses pembelajaran harus terencana dengan baik, demi membangun atmosfer yang menyenangkan.
3. Experience before label
    Beri pengalaman  sebelum masuk materi kepada peserta didik. Bangun skema umum dalam otak, sehingga saat kegiatan  ke depan  mereka dapat menemukan arti dari yang mereka pelajari melalui hubungan skema tadi. Einstein berkata “ Experience create further learning .” Mungkin ini yang dimaksud dengan belajar secara kontekstual ( learning by doing ).
4. Acknowledge every effort
    Bagi setiap siswa belajar adalah sebuah proses yang membuat mereka harus mengambil resiko untuk keluar dari zona nyaman. Memberi upaya 100 % dalam setiap proses pembelajaran adalah pilihan bagi mereka. Meski sejatinya semua anak mampu memberikan 100% usaha mereka dalam proses belajar , belum tentu mereka mau. Pendidiklah yang harus mengeluarkan potensi mereka. Salah satu caranya adalah dengan menghargai setiap usaha sekecil apapun, hal ini dapat membuat proses belajar lebih menyenangkan.
5. Everything that’s worth learning is worth celebration
    Menjadikan setiap lanngkah maju perlu dirayakan . Ciptakan kemenangan di dalamnya.Biasanya jika selesai satu langkah proses belajar akan segera berlanjut ke langkah berikutnya tanpa perlu membuat perayaan. Perayaan ini akan memberi dasar positif pada proses pembelajaran sehingga menciptakan perubahan keyakinan diri. Dengan mengakui perkembangan yang telah tercapai.
C. PRINSIP DASAR QUANTUM LEARNING
1. Kekuatan Pikiran
    Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimiliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.” yang memompa diri untuk lebih berhasil lagi.
2. Penyeimbangan Otak Manusia
    Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi.
    Otak manusia mempunyai tiga bagian dasar, yang seluruhnya dikenal sebagai “otak triune(Three in One)”.Tiga bagian dasar dari otak bertanggung jawab atas fungsi yang berbeda-beda.
a). Batang atau otak reptilia, bagian otak ini bertanggung jawab atas fungsi-fungsi motor sensor-  pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal dari pancaindra. Perilaku berkaitan dengan insting mempertahankan hidup, dorongan untuk mengembangkan spesies. Ketika merasa tidak aman , spontan bangkit dan bersiaga atau melarikan diri dari bahaya inilah disebut reaksi”hadapi atau lari”. Inilah reaksi yang merupakan keharusan pada masa-masa perkembangan awal manusia, jika otak reptil ini dominan, kita tidak dapt berfikir pada tingkat yang lebih tinggi.
b).Sistem limbik atau otak mamalia, bagian otak ini fungsinya bersifat emosional dan kognitif; yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori, dan kemampuan belajar. Selain itu juga mengendalikan bioritme, seperti pola tidur, lapar,haus, tekanan darah, detak jantung, gairah seksual, temperatur dan kimia tubuh, metabolisme, dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol utama yang menggunakan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, indra peraba dan penciuman sebagai inputnya. Kemudian, informasi tersebut didistribusikan ke bagian pemikir di dalam otak yaitu neokorteks.
c).Neokorteks, tempat bersemasyam kecerdasan yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, dan sensai tubuh. Hasilnya merupakan penalaran, berfikir secara intelektual, pembuatan keputusan, perilaku waras, bahasa,kendali motorik sadar, dan ideasi.
    Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”.
    1. Proses berpikir otak kiri (Otak kiri selalu digunakan untuk berpikir logis, yaitu : mengacu pada urutan. Berpikir rasional: harus ada alasan dari setiap tindakan yang kita lakukan. Berpikir sekuelsial yaitu mengacu pada urutan yang harus kita lakukan,berpikir Liniear : general / menyeluruh tentang apa yang kita lakukan akan memiliki dampak atau akibat dari setiap tindakan yang kita perbuat, dan berpikir secara Konvergen /terpusat dan fokus,berpikir vertikal (struktural, menganalisis masalah mulai dari yang besar ke hal yang paling kecil), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
    2. Proses berpikir otak kanan (Otak kanan terbiasa dengan berpikir secara acak, tidak teratur / insidental, Intuitif : mengacu pada fakta dan dikaitkan dengan imajinasi,Holistik / menyeluruh, Divergen (menyebar), lateral ( berpikir lebih kompleks dan mengkaitkannya dengan hal – hal lain ), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.
    Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya "emosi positif, meningkatkan kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri." Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri. Terlepas dari perbedaan nyata dalam kecerdasan dan tingkat kesuksesan di antar orang-orang, manusia mempunyai susunan saraf yang sama. Fisiologi otak kita sangat mirip dengan otak orang lain, bahkan juga dengan pemikir cemerlang seperti Einstein dan Da Vinci
    Walaupun keduanya memiliki fungsi yang berbeda, namun masing-masing individu
memiliki kecenderung untuk menggunakan salah satu yang dominan dalam memecahkan masalah hidup dan bekerja. Setiap bagian dari otak mendominasi dalam aktivitas namun keduannya terlibat dalam hamper semua proses pemikiran.
3. Motivasi
    Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”
    Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun danmempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu:
a. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
b. Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.
D. FUNGSI QUANTUM LEARNING
1. Bagi guru
•    Agar dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa tidak mudah bosan
•    Guru dapat memiliki metode belajar yang bervariasi dan kreatif, karena cara- cara berfikir anak lebih logis,kritis ,rasa ingin tahu tinggi
•    Dapat menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru


 2. Bagi Siswa

•    Dalam proses belajar, siswa dapat belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya normal disertai kegembiraan
•    Membantu para siswa menjadi responsive dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas
•    Dapat menumbuhkan minat dan belajar aktif


E. MANFAAT QUANTUM LEARNING
1.Sikap positif
2. Motivasi
3. Ketrampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5.Sukses

bAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
        Quantum learning bisa jadi merupakan teori pembelajaran yang paling handal pada saat ini. Seperti orkestra dalam sebuah simfoni, berbagai elemen ini diorkestra secara hati-hati untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang lebih lengkap dan menyenangkan. Jadi dapat dinyatakan bahwa quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas .
Para pelajar quantum learning dapat belajar secara menyenangkan dengan beberapa cara berikut ini :
1.    Melihat sekilas : sebelum membaca lihat materi bacaan secara sekilas pada malam                    sebelumnya,dan lihat kembali catatan sebelum memulai pelajaran di sekolah atau                    melakukan presentasi.
2.    Inilah saatnya : Manfaatkanlah setiap waktu , jadikan semua subyek menarik, dan                     bersikap kreatiflah.
3.    Tempat belajar : Belajarlah di tempat dan pada waktu yang teratur.Atur posisi yang baik                    dan gunakan pencahayaan yang tepat.
4.    Gunakan music : Musik Klasik membantu anda belajar lebih banyak dengan cara                   mengendurkan pikiran dan membuat anda selalu siap.
5.    Istirahat secukupnya.
6.    Rencanakan sebelumnya : Gunakan kalender anda untuk mempersiapkan suatu ujian                   atau presentasi. Anda akan dapat mengurangi stress dan mempertajam ingatan.
7.    Berdiri dan duduk dengan tegak : Ketika memasuki ruangan, berjalnlah dengan tegak                    agar anda merasa yakin, dan duduklah dengan tegak agar anda tetap dalam keadaan                   berminat dan siaga.
8.    Kegagalan adalah umpan balik : umpan balik adalah informasi yang diperlukan untuk                   mendapatkan keberhasilan dan memberikan arah.
9.    Sikap : sikap dapat memperoleh lebih banyak daripada yantg kita harapkan, kalau kita                   memusatkan pikiran untuk itu.

Martabat Guru Kita Jangan Makin Merosot

    Sebentar lagi peristiwa satu tahun yang lalu akan segera berulang. Para guru Indonesia akan merayakan hari penghormatan martabat bagi mereka secara seremonial sebagai sosok ujung tombak pendidikan, pada tanggal 25 November 2009. Tetapi, sungguhkah bahwa para guru di negeri ini benar – benar diposisikan sebagai ujung tombak di dalam penyelenggaraan pendidikan? Sungguhkah harkat dan martabat mereka sebagai guru , yang dalam bahasa Jawa di-kertabasa menjadi “digugu lan ditiru”, selama ini telah dihargai dan dimuliakan sebagaimana layaknya para penentu utama keberhasilan sebuah penyelenggaraan pendidikan?
    Di dalam bangsa dan negara yang berbeda, penghargaan terhadap harkat dan martabat guru ternyata juga sangat berbeda – beda. Di Indonesia, penghargaan terhadap harkat dan martabat guru itu diwujudkan dalam sebuah slogan penamaan , “pahlawan tanpa tanda jasa”. Sejumlah kalangan mungkin saja sangat gembira dan bangga dengan sebutan yang terkesan agung nan anggun ini. Terutama sekali, mereka – mereka yang pada saat ini sudah tidak lagi berjuang keras untuk bertahan di era kompetisi yang super sulit seperti sekarang ini.
    Dengan geliat konsumerisme dan hedonisme yang ditarik – tarik oleh gelombang globalisasi yang telah terjadi selama ini, para guru hampir semuanya berpenghasilan cukup atau malahan hanya paspasan itu,telah banyak dibuat kalang kabut. Bagaimana mungkin mereka yang adalah para pendidik bagi anak bangsa ini, bisa menyekolahkan dan ‘mendidikan’ anak – anak mereka sendiri supaya merasakan pendidikan yang dari waktu ke waktu telah menjadi sangat mahal ini.
    Banyak di antara para guru kita yang merasa diri sudah tidak perlu bertumbuh dan berkembang lagi, mungkin karena masa pensiun mereka yang sudah dekat.Mungkin juga karena beberapa guru Indonesia , yang karena gelar akademik yang telah dimilikinya, dan juga oleh karena batasan umurnya, telah terganjal oleh program sertifikasi guru, yang pada saat ditulisnya artikel ini di beberapa daerah sudah menginjak masuk pda gelombang kedua dari pelaksanaan uji sertifikasi guru. Dengan, perkataan lain, beberapa orang guru sudah merasa frustasi dengan program kolosal pemerintah ini.
Sertifikasi guru seharusnya tidak semata – mata dipandang sebagai sarana untuk menambah dan meningkatkan profesionalitas dan kualitas guru Indonesia dalam pengertian yang sesungguhnya.Uji sertifikasi guru cenderung berlangsung secara kolosal dengan model – model pengumpulan porto folio,sepertinya justru dapat menjadi boomerang sendiri bagi banyak kalangan.Pasalnya, bukan benar – benar profesionalitas dan kualitas yang akan didapat, tetapi sungguh – sungguh hanya nuansa – nuansa proyek super bagus yang lebih kelihatan kentara dan jelas. Artinya pula, program pemerintah yang sebenarnya semula bertujuan sangat luhur, kini dank e depan justru akan berpotensi untuk menjadi program yang bisa mengecewakan pemerintah dan masyarakat bangsa ini.Oleh karena itu,para guru di Indonesia diminta benar- benar sepenuhnya berani bersikap kritis terhadap geliat – geliat di dalam dunia pendidikan yang terjadi.